Jumat, 06 Maret 2015

Kenaikan Kristus dan Kemandirian Injil (Kisah Para Rasul 1:6-11)


Hari ini kita boleh ada dalam sebuah peringatan gerejawi yakni kenaikan Yesus Kristus. Dalam pandangan saya, banyak orang melihat peristiwa ini sebagai peristiwa yang kurang memiliki keistimewaan, dibandingkan dengan Natal dan Paskah. Tetapi berdasarkan bacaan kita tadi, sebenarnya, ada catatan-catatan menarik dan isitimewa yang menjadi inti pesan bagi konteks kehidupan kita di saat ini.
Peristiwa kenaikan Yesus sebenarnya mau menegaskan tentang kemuliaan Yesus, yang diutus Allah untuk melakukan serangkaian hal-hal yang menakjubkan. Mulai dari kelahiran, masa pelayananNya, kesengsaraan dan kematian, serta kebangkitan. KPR 1:6-11 menegaskan bahwa ketika ia terangkat ke sorga, awan menutupinya. Makna awan sebenarnya memiliki ungkapan tentang kemuliaan Allah (bnd Kel. 40:34-38). 
  
Kenaikan Yesus Merupakan sebuah tonggak sejarah baru bagi lahirnya gereja sebagai alat kesaksian untuk melanjutkan misi kristus di Dunia. Ini adalah sebuah titik kemandirian para murid dalam melaksanakan pelayanan. Sebab secara fisik, mereka tidak lagi bersama-sama dengan Yesus. Mereka harus bekerja sendiri untuk mewujudkan damai sejahtera Allah yang telah di alami ketika berpengalaman dengan Yesus sendiri.
Disini para murid ditugaskan untuk menjadi saksiNya, mulai dari Yerusalem, Tanah Yudea, Samaria, sampai ke ujung bumi. Janji Yesus terhadap tugas ini ialah bahwa para murid tidak hanya berjalan dengan kehampaan, tetapi akan memiliki karunia Roh Kudus dalam menjalankan tugas kesaksian itu.
Nah dari gambaran ini, apa yang mestinya menjadi bahan perenungan bagi kita dalam konteks panggilan kita di saat ini dalam kaitan dengan tema merayakan cinta kasih Tuhan yang membebaskan, khususnya dari masalah kebodohan dan keterbelakangan.
Pertama, bicara tentang kemuliaan, banyak dari kita yang sadar maupun tidak sadar melakukan banyak hal untuk mencari kemuliaan diri sendiri. Kita bekerja setiap saat untuk memperoleh banyak uang, supaya kita dipandang sebagai orang kaya yang dengan kekayaan tersebut menjadi ukuran bahwa kita lebih mulia dari orang lain yang berkekurangan. Saya tidak mengatakan bahwa kekayaan itu tidak boleh diupayakan, tetapi, alangkah baiknya jika melalui kekayaan kita, kemuliaan dan kehadiran Allah hadir melalui kepekaan kita untuk melihat keterbelakangan hidup dari saudara-saudara kita yang berkekurangan. Kita dapat menjadi pribadi-pribadi yang peduli terhadap masa depan dari anak-anak yang keluarganya tidak mampu agar mereka dapat melanjutkan sekolah dan memiliki masa depan yang lebih baik.
Kedua, Dalam melanjutkan misi sebagai saksi Kristus, bukan hanya para murid yang dikarunia Roh Kudus. Tetapi kita semua menerima itu dari Allah untuk memampukan kita melakukan karya KasihNya di tengah hidup kita. Tapi kadang-kadang, kita bukan membuka hati kita kepada Roh Kudus, tetapi Roh Kudis. Sebagai contoh, tidak ada Roh Kudus yang menghancurkan, tetapi Roh Kudus yang mempersatukan. Roh Kudus yang menguatkan, bukan memperlemah. Roh Kudus yang menyejukan, bukan membakar emosi. Roh Kudus yang memberi pertolongan bukan roh yang acuh tak acuh, istilahnya siapa kau, siapa aku. Roh Kudus yang menuntun kita sebagai kepala keluarga yang bijaksana dan mengasihi istri dan anak-anak, Roh Kudus adalah roh yang menuntun kita sebagai mahasiswa yang bertanggungjawab terhadap apa yang telah dipercayakan orang tua kepada kita. Roh Kudus bukan Roh yang melayani dengan setengah hati, tetapi sepenuh hati. Roh kudus menuntun para pelayanNya untuk setia, bukan roh malas dalam melayani. Dengan demikian Roh Kudus adalah Roh yang mengarahkan kita kepada kebaikan, kepada kasih, kejujuran dan yang mendobrak kita dari sifat mementingkan diri sendiri.
Gereja yang dipanggil adalah saudara dan saya. Gereja bukanlah kemegahan fisik, tetapi kemegahan Allah yang hidup di tengah saudara dan saya. Kemandirian gereja telah dimulai dan kita akan dimampukan jika kita mengandalkan RohNya diam di dalam kita. Mari kita maknai Yesus dan Karyanya di tengah hidup ini. Ia tidak pernah meninggalkan kita, sebab Roh Kudus yang berasal dari PadaNya, akan selalu ada untuk menyertai saudara dan saya. semoga dalam kekuatan RohNya kita dapat mewujudkan Firman Tuhan ini dalam kehidupan bersama. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar