Hari
ini kita boleh ada dalam sebuah peringatan gerejawi yakni kenaikan Yesus
Kristus. Dalam pandangan saya, banyak orang melihat peristiwa ini sebagai
peristiwa yang kurang memiliki keistimewaan, dibandingkan dengan Natal dan
Paskah. Tetapi berdasarkan bacaan kita tadi, sebenarnya, ada catatan-catatan
menarik dan isitimewa yang menjadi inti pesan bagi konteks kehidupan kita di
saat ini.
Peristiwa
kenaikan Yesus sebenarnya mau menegaskan tentang kemuliaan Yesus, yang diutus
Allah untuk melakukan serangkaian hal-hal yang menakjubkan. Mulai dari
kelahiran, masa pelayananNya, kesengsaraan dan kematian, serta kebangkitan. KPR
1:6-11 menegaskan bahwa ketika ia terangkat ke sorga, awan menutupinya. Makna
awan sebenarnya memiliki ungkapan tentang kemuliaan Allah (bnd Kel. 40:34-38).
Kenaikan
Yesus Merupakan sebuah tonggak sejarah baru bagi lahirnya gereja sebagai alat
kesaksian untuk melanjutkan misi kristus di Dunia. Ini adalah sebuah titik
kemandirian para murid dalam melaksanakan pelayanan. Sebab secara fisik, mereka
tidak lagi bersama-sama dengan Yesus. Mereka harus bekerja sendiri untuk
mewujudkan damai sejahtera Allah yang telah di alami ketika berpengalaman
dengan Yesus sendiri.
Disini
para murid ditugaskan untuk menjadi saksiNya, mulai dari Yerusalem, Tanah
Yudea, Samaria, sampai ke ujung bumi. Janji Yesus terhadap tugas ini ialah
bahwa para murid tidak hanya berjalan dengan kehampaan, tetapi akan memiliki
karunia Roh Kudus dalam menjalankan tugas kesaksian itu.
Nah
dari gambaran ini, apa yang mestinya menjadi bahan perenungan bagi kita dalam
konteks panggilan kita di saat ini dalam kaitan dengan tema merayakan cinta
kasih Tuhan yang membebaskan, khususnya dari masalah kebodohan dan
keterbelakangan.
Pertama,
bicara tentang kemuliaan, banyak dari kita yang sadar maupun tidak sadar
melakukan banyak hal untuk mencari kemuliaan diri sendiri. Kita bekerja setiap
saat untuk memperoleh banyak uang, supaya kita dipandang sebagai orang kaya
yang dengan kekayaan tersebut menjadi ukuran bahwa kita lebih mulia dari orang
lain yang berkekurangan. Saya tidak mengatakan bahwa kekayaan itu tidak boleh
diupayakan, tetapi, alangkah baiknya jika melalui kekayaan kita, kemuliaan dan
kehadiran Allah hadir melalui kepekaan kita untuk melihat keterbelakangan hidup
dari saudara-saudara kita yang berkekurangan. Kita dapat menjadi
pribadi-pribadi yang peduli terhadap masa depan dari anak-anak yang keluarganya
tidak mampu agar mereka dapat melanjutkan sekolah dan memiliki masa depan yang
lebih baik.
Kedua,
Dalam melanjutkan misi sebagai saksi Kristus, bukan hanya para murid yang
dikarunia Roh Kudus. Tetapi kita semua menerima itu dari Allah untuk memampukan
kita melakukan karya KasihNya di tengah hidup kita. Tapi kadang-kadang, kita
bukan membuka hati kita kepada Roh Kudus, tetapi Roh Kudis. Sebagai contoh,
tidak ada Roh Kudus yang menghancurkan, tetapi Roh Kudus yang mempersatukan.
Roh Kudus yang menguatkan, bukan memperlemah. Roh Kudus yang menyejukan, bukan
membakar emosi. Roh Kudus yang memberi pertolongan bukan roh yang acuh tak
acuh, istilahnya siapa kau, siapa aku. Roh Kudus yang menuntun kita sebagai
kepala keluarga yang bijaksana dan mengasihi istri dan anak-anak, Roh Kudus
adalah roh yang menuntun kita sebagai mahasiswa yang bertanggungjawab terhadap
apa yang telah dipercayakan orang tua kepada kita. Roh Kudus bukan Roh yang
melayani dengan setengah hati, tetapi sepenuh hati. Roh kudus menuntun para
pelayanNya untuk setia, bukan roh malas dalam melayani. Dengan demikian Roh
Kudus adalah Roh yang mengarahkan kita kepada kebaikan, kepada kasih, kejujuran
dan yang mendobrak kita dari sifat mementingkan diri sendiri.
Gereja
yang dipanggil adalah saudara dan saya. Gereja bukanlah kemegahan fisik, tetapi
kemegahan Allah yang hidup di tengah saudara dan saya. Kemandirian gereja telah
dimulai dan kita akan dimampukan jika kita mengandalkan RohNya diam di dalam
kita. Mari kita maknai Yesus dan Karyanya di tengah hidup ini. Ia tidak pernah
meninggalkan kita, sebab Roh Kudus yang berasal dari PadaNya, akan selalu ada
untuk menyertai saudara dan saya. semoga dalam kekuatan RohNya kita dapat
mewujudkan Firman Tuhan ini dalam kehidupan bersama. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar