Bapak/ibu/Sdr/i yang diberkati Tuhan.
Pada
minggu yang terakhir di bulan januari ini, bersama kita dituntun oleh bacaan
Alkitab yang oleh Lembaga Pembinaan Jemaat GPM, terpilih dari Matius 15:21-28. Teks
ini terbingkai dalam tema mingguan, kebersamaan
dalam masyarakat majemuk. Nah, bicara tentang kemajemukan, saya kira hal
ini merupakan sebuah fenomena yang tidak dapat ditolak eksistensinya dalam
realitas hidup manusia. Bahwa sejak
dunia diciptakan, kemajemukan atau kepelbagaian itu telah dihadirkan oleh Sang
Pencipta, dimana Tuhan tidak hanya menciptakan laki-laki, tetapi juga
perempuan, Ia tidak hanya menciptakan siang, tetapi juga malam. Tidak hanya
satu jenis hewan, atau tumbuhan saja yang diciptakannya, tetapi ada banyak
jenis. Selain itu, Tuhan juga mencipatakan keberagaman suku bangsa dan agama di
dunia ini. Semuanya itu merupakan kekayaan yang digunakan sebagai “material
hidup” untuk membangun kehidupan bersama.
Meski
demikian, hingga hari ini, banyak diantara kita, baik secara langsung maupun
tidak langsung masih menolak kemajemukan itu dan terjebak dalam pikiran serta sikap
yang ekslusif atau tertutup terhadap kehadiran orang lain, suku lain, agama
lain yang hidup bersama dengan kita. Oleh sebab itulah, gereja dalam hal ini
GPM terus memberikan pencerahan cara pandang dalam memaknai kemajemukan di
tengah kehidupan berjemaat dan bermasyarakat, sebagai kekayaan untuk membangun hidup
bersama.
Nah,
basudara jemaat yang Tuhan Yesus Kasihi. Teks kita di hari ini merupakan salah
satu teks yang cukup kontroversial, sebab di dalamnya tertuang kata-kata Yesus yang
kelihatannya sangat radikal, bersifat rasis dan seakan tidak berperikemanusiaan.
Tetapi sebenarnya apa yang tertuang dalam teks ini mengandung pelajaran iman
yang begitu luar biasa. Karena itu menarik sekali untuk kita dalami, apa makna
sebenarnya dari teks ini dan implikasinya bagi kehidupan kita di masa kini.
Basudara
jemaat yang Tuhan Yesus kasihi.
Setelah
berdebat panjang dengan orang Farisi, Tuhan Yesus pun menyingkir ke daerah
Tirus dan Sidon, kurang lebih 30 km sebelah utara Galilea. Dalam perjalanan itu,
Matius mencatat ada satu peristiwa yang mengagumkan dari kehidupan seorang
perempuan kanaan, dimana ia datang kepada Yesus untuk memohon agar anaknya
dilepaskan dari penderitaan karena kerasukan setan.
Permohonan
itu awalnya tidak diresponi oleh Yesus, bahkan setelah itu dalam ayat 24 Yesus seakan
membuat penolakan dengan berkata, Aku
diutus hanya untuk domba-domba yang hilang dari umat Israel. Kata-kata
Yesus itu tidak membuat perempuan kanaan itu mundur, meskipun selanjutnya Yesus
juga melakukan penolakan yang lebih keras dan tegas dengan berkata, tidak patut mengambil roti yang disediakan
bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing. Dalam kenyataannya, orang
yahudi pada saat itu, bahkan hingga hari ini, sering menganggap orang-orang
diluar yahudi sebagai orang-orang yang rendah derajatnya. Karena itu,
orang-orang non yahudi, termasuk orang kanaan sering disebut sebagai anjing. Bukankah
ini sebutan yang kasar? Lalu apakah dengan begitu, Yesus bermaksud merendahkan
perempuan ini dengan statusnya sebagai orang kanaan? Apakah Yesus sungguh2
tidak peduli dengan kenyataan yang dialami oleh perempuan kanaan ini dan
membatasi kasihNya hanya bagi Israel? Tidak, sesungguhnya “penolakan Yesus” itu
harus dilihat sebagai sebuah proses pengujian iman sekaligus sebagai cara Yesus
untuk mendobrak pemahaman para murid yang lahir dari latar belakang yahudi,
bahwa keselamatan hanya milik orang-orang yahudi saja dan diluar itu tidak ada
sama sekali.
Pelajaran
pertama yang kita petik dari teks ini adalah bahwa Iman sejati yang ditampilkan
oleh perempuan kanaan ini dimulai dengan sebuah sikap kerendahan hati dan kerelaan
mengakui Kristus sebagai Tuhan. Tidak banyak orang Israel yang memanggil
Kristus sebagai Tuhan, namun perempuan Kanaan ini sejak ayat 22, memanggil
Yesus dengan sebutan Tuhan (Mat. 15:22). Adalah kegagalan iman kalau sebagai
orang Kristen kita tidak menyadari siapakah Kristus yang adalah Tuhan di dalam
hidup kita, Dia adalah yang utama dalam seluruh aspek hidup kita.
Di
masa kini, ada banyak orang mengakui diri sebagai orang beriman, tetapi semua
itu tidak lebih hanya sekedar slogan, sebab sesungguhnya, dibalik iman tersebut
orang hanya ingin agar apa yang menjadi keinginannya itu tercapai. Banyak orang
menyatakan diri sebagai orang beriman ketika ingin memperoleh kesembuhan, ingin
kaya, ingin sukses dan berhasil dalam studi maupun karir. Pertanyaannya,
siapkah kita menyatakan diri sebagai orang beriman ketika kita mengalami
penolakan dan apa yang kita inginkan belum terjawab? Mungkin saja ada diantara
kita yang selama ini merasa seakan doa dan permohonannya ditolak Tuhan, sudah
bertahun-tahun berobat tapi tak sembuh2 juga, sudah berkali-kali tes di
berbagai instansi, tetapi pekerjaan tak kunjung datang, sudah berdoa untuk
pemulihan RT yang berantakan, tetapi tidak ada perubahan apa-apa? Kenapa hal
ini terjadi? Kadang, dalam upaya2 pengobatan misalnya, kita cenderung
mengandalkan kekuatan financial, merasa semua bisa ditangani karena punya
banyak uang, atau ada harapan yang besar karena tenaga medis yang dianggap
handal, obat-obatan yang katanya mujarab, teknologi kesehatan yang canggih dan
akhirnya menomorduakan Tuhan. Sehingga kesembuhan belum juga terjadi? Nah
sebenarnya, ketika doa-doa kita belum dijawab, itu bukan berarti Tuhan tidak
menghargai dan mempedulikan kita. Disitu Ia sementara membentuk kita memiliki
iman yang sejati. iman yang membentuk kita dalam kerendahan sehingga kita
mengaki bahwa upaya kita tidak akan berarti apa-apa, tanpa belas kasih Tuhan.
Lebih
lanjut, dalam pencarian pekerjaan misalnya, kita merasa kita bergelar sarjana,
kita adalah orang yang pandai, namun pekerjaan terasa sulit diperoleh,. Atau
juga ketika kita berada dalam masalah RT, kita selalu merasa diri benar,
sehingga menilai suami atau istri kita tidak layak dan selalu salah. Karena itu
persoalan yang terjadi tidak kunjung selesai. Kenapa? Kita lupa dihadapan Tuhan
kita adalah orang berdosa, orang-orang yang bersalah dihadapanNya, yang hidup
karena kasih karunia Tuhan. Ingatlah jika kita mau Tuhan menjawab doa kita,
rendahkanlah diri kita dihadapanNya dan percayalah secara sungguh kepada
Kristus, sebab Ia adalah Tuhan yang adalah sumber segala-galanya.
Mari
kita belajar dari perempuan kanaan ini, yang mau merendahkan diri dan mengakui
ketidaklayakannya dihadapan Tuhan dengan berharap pada remah-remah yang adalah
symbol belas kasih Tuhan, serta memiliki pengharapan yang teguh pada Tuhan. Perempuan
Kanaan ini di satu pihak mempunyai suatu kebutuhan, yakni anak perempuannya
yang kerasukan setan disembuhkan tetapi di lain pihak, ia mempunyai hati yang siap
untuk men-Tuhankan Kristus. Percayalah, ketika saudara dan saya mau merendahkan
diri dihadapan Tuhan dan berharap akan belas kasihanNya, maka sebagaimana kuasa
Tuhan berlaku atas kehidupan anak perempuan kanaan itu, kuasa Tuhan pun akan
melepaskan kita dari setiap persoalan yang saudara dan saya hadapi.
Pelajaran
yang kedua yang dipetik dari kisah ini adalah ketekunan iman dalam memperoleh kasih karunia Tuhan. Menarik sekali
apa yang dilakukan oleh perempuan kanaan ini. Meskipun ia diperhadapkan dengan
penolakan dan kesulitan untuk menerima kasih Kristus, tetapi ia tetap teguh
mencari dan memohon pada Tuhan, bukan mencari alternative lain. Ia tidak pernah
kecewa dengan kenyataan2 awal yang dia hadapi. Basudara sekalian, pelajaran ini
secara khusus diarahkan kepada rekan-rekan pemuda, di jemaat ini, sebab ada
sebentuk keprihatinan yang tentunya menjadi pergumulan kita bersama. Masalah
serius yang kita hadapi adalah masalah narkoba, yang sudah menjalar dalam
kehidupan para pemuda di ini jemaat. Saya pernah dengar secara tidak sengaja,
bahwa kalau jualan narkoba itu lebih cepat datangkan uang, apalagi di tengah
dunia yang sulit seperti sekarang ini. Saya sangat prihatin dengan pernyataan
tersebut. Basudaraku, mari katong belajar dari perempuan kanaan ini, meski dia
mengalami penolakan di tengah kesusahannya, imannya tidak beralih dari Tuhan.
Jangan pernah mempersalahkan hidup yang susah ini, jangan menjadi orang-orang
cengeng dengan situasi yang membelit, kesusahan yang saudara hadapi adalah cara
Tuhan bagi saudara untuk membuktikan iman kepada Tuhan. Oleh sebab itu Pemuda
Kristen yang ada di jemaat ini dengan berbagai talenta yang ada, harus bekerja
keras, karja apa saja, yang penting sesuai kehendak Tuhan, itu adalah bukti
orang-orang yang memiliki keteguhan iman. Bukan sebaliknya jual narkoba, bukan
nongkrong di jalan2 dengan botol2 sopi, lalu pakai alasan stress dsb. Saudara-saudara
harus melihat bahwa perempuan kanaan ini, berjuang untuk melepaskan anaknya
dari cengkraman kuasa setan. Dengan demikian, saudara dan saya harus menjadi
orang-orang yang turut berjuang melepaskan cengkraman narkoba, miras dengan
ketekunan dan pengharapan iman yang sungguh kepada Kristus.
Pelajaran
terakhir yang dipetik dari kisah ini adalah bagaimana melalui kelepasan atas
kuasa setan bagi anak perempuan kanaan itu, kasih Tuhan tidak hanya dinyatakan
bagi orang-orang yahudi saja, tetapi bagi semua orang yang beriman sungguh
kepada Tuhan. Jadi bukan soal, siapa dia? Tetapi soal seberapa besar iman
seseorang kepada Tuhan. Hari ini kita belajar tentang iman yang besar dari
seorang perempuan kanaan, perempuan yang dianggap kafir. Ini menunjukan bahwa
kita mesti juga terbuka untuk belajar apa yang baik dari orang lain, ditengah
perbedaan yang kita miliki.
Penyembuhan
anak perempuan kanaan ini telah menjadi bukti bahwa kasih Tuhan diarahkan
kepada semua orang, tanpa batas. Karena itu, bagi kita dimasa kini, kita mesti
menyadari bahwa kasih Tuhan, tidak hanya diarahkan untuk orang Ambon, orang
Lease, orang buru, orang Maluku tenggara. Kasih Tuhan itu membongkar
tembok-tembok strata pendidikan dan status sosial yang selama ini memisahkan
kita. Kasih Tuhan harus menembusi sekat-sekat agama yang menghalangi kita untuk
mewujudkan kasih yang tidak terbatas. Apa alasannya? Sebab Kasih Tuhan, di
dalam pengorbanan Kristus yang menyelamatkan itu diberikan kepada semua orang,
kepada semua yang ada bumi dan segala isinya. Saya kira jemaat kita terdiri
dari beranekaragam karakter, suku, dan talenta yang berbeda-beda pula. Mari
kita buka diri dan perlabakan semuanya itu dengan penuh kerendahan hati, saling
menghargai dan saling melengkapi, maka kita akan melihat kemuliaan Tuhan hadir
dalam seluruh pelayanan kita. Tuhan memberkati kehidupan kita sekalian. Amin
Shalom bapak, ibu dan saudara/i yang dikasihi oleh Tuhan. Apakah ada diantara bapak, ibu maupun saudara/i yang pernah mendengar tentang Shema Yisrael dan V'ahavta? Kalimat pernyataan keesaan YHWH ( Adonai/ Hashem ) dan perintah untuk mengasihiNya yang dapat kita temukan dalam Ulangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 - 6 yang juga pernah dikutip oleh Yeshua/ ישוע/ Yesus di dalam Injil khususnya dalam Markus 12 : 29 - 31, sementara perintah untuk mengasihi sesama manusia dapat kita temukan dalam Imamat/ ויקרא/ Vayikra 19 : 18. Mari kita pelajari cara membacanya satu-persatu seperti yang akan dijabarkan di bawah ini :
BalasHapusUlangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 - 6, " שְׁמַ֖ע יִשְׂרָאֵ֑ל יְהֹוָ֥ה אֱלֹהֵ֖ינוּ יְהֹוָ֥ה ׀ אֶחָֽד׃. וְאָ֣הַבְתָּ֔ אֵ֖ת יְהֹוָ֣ה אֱלֹהֶ֑יךָ בְּכׇל־לְבָבְךָ֥ וּבְכׇל־נַפְשְׁךָ֖ וּבְכׇל־מְאֹדֶֽךָ׃. "
Cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani yang berlaku, " Shema Yisrael! YHWH [ Adonai ] Eloheinu, YHWH [ Adonai ] ekhad. V'ahavta e YHWH [ Adonai ] Eloheikha bekol levavkha uvkol nafshekha uvkol me'odekha
Imamat/ ויקרא/ Vayikra 19 : 18, " וְאָֽהַבְתָּ֥ לְרֵעֲךָ֖ כָּמ֑וֹךָ. "
Cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani yang berlaku, " V'ahavta l'reakha kamokha "
Untuk artinya dapat dilihat pada Alkitab LAI.
Terkadang pula ada sisipan kalimat Barukh seperti ini setelah diucapkannya Shema
" . בָּרוּךְ שֵׁם כְּבוֹד מַלְכוּתוֹ לְעוֹלָם וָעֶד. "
( Barukh Shem kevod malkuto, le'olam va'ed, artinya Diberkatilah Nama yang mulia, KerajaanNya untuk selamanya )
Semoga bermanfaat.
🕎✡️🐟🤚🏻👁️📜🕯️🤴🏻👑🗝️🛡️🗡️🏹⚖️⚓🕍✝️🗺️🌫️☀️🌒⚡🌈🌌🔥💧🌊🌬️❄️🌱🌾🍇🍎🍏🌹🍷🥛🍯🐏🐑🐐🐂🐎🦌🐪🐫🦁🦅🕊️🐍₪🇮🇱